Di satu sudut yang tenang Perum Graha Candi yang ada di Pasuruan, udara penuh dengan aroma serbuk kayu yang khas, hangat, tajam, dan entah bagaimana terasa menenangkan.
Suara jigsaw beradu dengan ketukan palu, berpadu membentuk irama yang akrab di telinga Achmad Adias Wijaya.
Di sinilah semua bermula, di ruang sederhana bernama Artdias Gallery, tempat di mana potongan kayu yang dulu dianggap limbah, kini punya kehidupan baru.
Adias percaya, setiap serpihan kayu punya kisah yang belum selesai. Dan tugasnya adalah menulis ulang kisah itu, dengan kreativitas, ketulusan, dan mungkin sedikit debu di ujung jemari.
Ketika Kegalauan Melahirkan Gagasan
Sejak tahun 2018, Adias sudah sangat akrab dengan limbah mebeler. Dari potongan yang tak terpakai, ia membuatnya menjadi jam dinding yang anggun, lampu duduk yang cahayanya hangat, hingga tatakan pot yang bertekstur alami.
Nama Artdias sendiri lahir dari gabungan dua kata yaitu art dan Dias yang berarti seni yang tumbuh dari diri dan pengalaman.
Titik balik itu datang dari sebuah keresahan. Yah, Adias merasa resah melihat anak-anak di sekitarnya tenggelam dalam dunia digital.
Jari mereka sibuk beradu fisik dengan gawai, tapi mata mereka seolah kehilangan cahaya rasa ingin tahu.
Hingga suatu hari, ia menonton video tentang seseorang yang membuat mainan dari kayu bekas.
Dari situ, ide yang sederhana tapi kuat muncul. Bagaimana kalau limbah kayu di bengkelku bereikarnasi menjadi mainan edukatif saja?
Reinkarnasi Limbah Mebeler

Awal perjalanan memang tak mudah. Di bengkel kecil beraroma kayu jati itu, Adias bekerja seorang diri.
Ia menggenggam bor tangan dengan jemari berdebu, menahan potongan kayu agar tidak meleset dari gergaji. Meski dengan alat seadanya, seperti jigsaw, bor, dan amplas, nyatanya ia tetap tekun dan semangat menciptakan karya.
“Untuk mengawali, alat apa yang kita punya, buat saja dengan alat itu,” ujarnya sambil tersenyum. “Tidak perlu memaksakan, tapi juga jangan menyerah hanya karena keterbatasan alat.”
Perlahan, hasil kerjanya mulai menarik perhatian. Melalui media sosial dan pameran karya yang salah satunya oleh Disperindag Kota Pasuruan, nama Artdias Gallery mulai dikenal.
Dinas Koperasi pun ikut membina, dari memberi pelatihan desain, manajemen keuangan, sampai teknik finishing.
Semua itu memperkaya pengalaman Adias. Ia percaya bahwa kayu tak hanya bisa jadi hiasan, tapi juga sebagai sarana belajar yang menumbuhkan kreativitas.
“Setiap karya kayu yang lahir dari Artdias Gallery membawa dua pesan,” katanya, “bahwa kreativitas tak butuh kemewahan, dan belajar bisa datang dari mana saja.”
Menembus Pasar, Menepis Pandangan
Menjalankan bisnis dari limbah bukan hal yang mudah.
Tak sedikit yang mengernyit, menganggap produk daur ulang kurang berkelas. Tapi bagi Adias, justru di situlah nilainya.
Ia pun menyadari kalau produk recycle lebih dihargai di kota-kota besar. Soalnya, mereka sudah memahami tentang keberlanjutan.
Tapi, ia juga percaya kalau terus konsisten, orang akhirnya akan melihat nilai dari usahanya.
Oleh karena itulah, ia terus berkeliling mengikuti pameran, dari satu kota ke kota lain. Di mana setiap perjalanannya membawa cerita baru dan setiap pembeli membawa semangat baru.
Kini, orang mengenalnya sebagai “pengrajin limbah.” Dulu sebutan itu terasa aneh baginya, tapi saat ini justru jadi identitas yang membanggakan.
Ketika Karya Mengundang Apresiasi

Ketekunan Achmad Adias Wijaya pun akhirnya mendapat pengakuan. Lewat inovasinya menciptakan mainan edukatif dari limbah kayu, ia menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra.
Sebuah bukti bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa menjadi kontribusi besar bagi masyarakat. Menariknya adalah ASTRA memutuskan untuk berkontribusi dalam inovasi Adias tersebut.
Meski begitu, baginya, momen paling membahagiakan itu bukan cuma saat dapat penghargaan, tapi ketika melihat anak-anak tersenyum memainkan hasil karyanya.
Hingga saat ini, Adias aktif berbagi ilmu. Ia rutin mengadakan workshop edukatif di sekolah-sekolah dan rumahnya.
Anak-anak belajar mengenali jenis kayu, merakit, lalu mewarnai mainan buatan mereka sendiri. Di sela tawa mereka, aroma cat dan serbuk kayu berpadu jadi simbol kebahagiaan yang sederhana.
Salah satu kegiatan favorit adalah “Melukis Mainan dari Kayu”, di mana anak-anak dan orang tua bekerja sama. Orang tua merangkai kayunya lalu anak yang mewarnai.
Dari situlah, tumbuh ikatan baru antara tangan yang mengajar dan tangan yang belajar.
Dari Serpihan, Jadi Harapan
Kini, bengkel kecil Artdias Gallery bukan sekadar tempat bekerja. Ia seperti ruang hidup bagi ide, bagi harapan, dan bagi anak-anak yang ingin belajar dengan cara yang lebih alami.
Di tangan Adias, kayu bekas menemukan napas baru. Dari bahan yang dianggap tak berguna, lahirlah mainan yang menumbuhkan rasa ingin tahu, sekaligus menghormati alam yang memberinya kehidupan.
Akhir kata, jangan bersaing! Lebih baik berkolaborasi yang harmonis dan bertukar ide saja.
Seperti potongan kayu yang disatukan perlahan menjadi bentuk utuh, perjalanan Adias pun tersusun dari ketekunan, kesederhanaan, dan cinta untuk terus belajar.
Karena bagi Achmad Adias Wijaya, setiap karya bukan sekadar produk. Tapi, cara sederhana untuk berterima kasih pada bumi, dan menyalakan harapan bagi generasi berikutnya.
Sumber:
Radar Bromo, “Achmad Adias Wijaya Manfaatkan Limbah Kayu Jadi Mainan Bernilai Ekonomi.” https://radarbromo.jawapos.com/features/1004410220/achmad-adias-wijaya-manfaatkan-limbah-kayu-jadi-mainan-bernilai-ekonomi akses pada tanggal 14 Oktober 2025
Portal JTV, “Artdias Gallery, UMKM Asal Pasuruan Ciptakan Kerajinan Tangan dari Limbah Kayu.” https://portaljtv.com/news/artdias-gallery-umkm-asal-pasuruan-ciptakan-kerajinan-tangan-dari-limbah-kayu akses pada tanggal 14 Oktober 2025
Good News From Indonesia, Liputan UMKM Kreatif 2024. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/04/amati-tiru-malah-jadi-ide-bisnis-adias-wijaya-sulap-limbah-kayu-jadi-mainan-anak akses pada tanggal 14 Oktober 2025
- https;//instagram.com/artdias_gallery/






Dari limbah menghasilkan cuan yang lumayan dan bikin happy anak anak sekaligus mengedukasi stimulasi otak
Sejak dulu saya selalu cara terampuh agar anak tidak kencanduan gawai adalah bukan dengan melarang, tapi berikan hal lain yang sama menarik atau bahkan lebih baik. Mainan edukasi ini salah satu solusi yang keren banget. Anak gak hanya punya keasikan baru, tapi juga merangsang rasa ingin tau anak.
Ketika kreativitas berada di tangan yang tepat, jadilah hasil kreatif terjadi dan mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Ini sih yang perlu banyak ditularkan kepada kita² sebagai generasi muda ya
Di tangan orang kreatif yang namanya sampah biar cuma serpihan kayu bisa menjadi barang yang lebih bermanfaat bahkan bernilai jual yaa.
Mantul dapat julukan pengrajin limbah 😀
bagi yang emang passionate emang kebahagiaan liat anak2 main lebih berkesan dari sekadar dapat penghargaan.
Congrats deh buat Mas Ahmad, semoga makin banyak lagi inovasinya.
Masih ada aja yg menganggap produk daur ulang kurang berkelas???
Hmmm kurang jauh dia mainnya…
Belum tau ampas kopi bisa jadi lukisan indah, belum tau kertas bekas bisa jadi figura cantik dan yang ini limbah kayu bisa jadi mainan anak2 dan masih banyak bangeet hasil karya kreatif yang dihasilkan dari limbah.
Salut sama kreativitas tanpa batas begini, tapi masiiih ada aja yang anggap remeh.
Kalau bisa semakin banyak lahir artdias2 seantreo negeri deh
Luar biasa nih, Adias dengan mengamati lingkungan sekitarnya, tumbuh kreatifitas untuk mengolah limbah. Bahkan tak hanya untuk diri sendiri, tapi juga mau berbagi pada masyarakat di sekelilingnya
keren banget Adias
Saya jadi teringat beberapa waktu lalu beberes rumah dan kesulitan ngebuang mebeler tua
di tangan Adias bakal jadi mainan edukasi yang bermanfaat ya?
Salut banget dengan kreativitas Artdias Gallery yang digawangi oleh Ahmad Adias Wijaya ini. Nyatanya butuh niat kuat, skill/kemampuan dan seni tingkat tinggi, serta kemauan untuk menjadi seorang yang berdayaguna. Mengubah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat itu sungguh tidak mudah. Perlu konsep yang matang akan produk yang dihasilkan bisa menjadi sesuatu yang bisa disentuh dan digunakan oleh orang lain. Apalagi jika sesuatu itu membawa misi edukasi yang tidaklah sedikit.
Semoga usaha Dias tidak hanya berhenti di sini. Ke depannya bisa semakin berkembang dengan karya-karya yang (jauh) lebih inovatif.
Jaman anak-anak kecil dulu tuh takjub banget kalau liat mainan yang terbuat dari kayu gini.. karena memang edukatif dan bisa jadi ajang anak-anak buat berkreasi juga.. kayak puzzle kayu, mainan dengan banyak stimulasi untuk anak usia 3 tahun ke atas.