Waktu itu aku lagi beberes dapur, terus sadar kalau kantong plastik bekas belanja seminggu saja bisa memenuhi satu laci. Belum lagi botol plastik minuman, kemasan makanan instan, dan tisu yang nyaris tiap hari kubuang.
Padahal, beberapa waktu terakhir aku sering lihat berita tentang krisis iklim, soal sampah plastik yang menumpuk di laut, atau suhu bumi yang makin panas.
Tapi jujur, aku sempat mikir, “Apa iya aku bisa bantu? Aku ‘kan cuma orang rumah biasa, bukan aktivis lingkungan.”
Sampai akhirnya aku sadar, perubahan itu nggak harus besar. Kadang cukup dari dapur sendiri. Dari kamar mandi sendiri. Bahkan dari kebiasaan-kebiasaan kecil juga ada lho yang berdampak besar.
Kebiasaan Eco-Friendly Skala Rumah Tangga
Sering kali kita menganggap bahwa untuk bisa berdampak pada lingkungan, kita harus melakukan sesuatu yang besar. Katakanlah, ikut kampanye, menanam ratusan pohon, atau hidup tanpa sampah total.
Padahal, kebaikan untuk bumi bisa lho kita mulai dari rumah, dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Mulai dari dapur, kamar mandi, sampai kebiasaan di ruang tamu.
Semua bisa kok jadi titik awal untuk gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, lima kebiasaan eco-friendly sederhana yang bisa kamu terapkan tanpa perlu jadi aktivis duluan.
1. Bawa Tas Belanja Sendiri dan Kurangi Plastik

Suatu hari, aku ke minimarket cuma buat beli sabun. Tapi, seperti biasa, pas pulang, aku malah bawa tiga plastik. Satu buat sabun, satu buat camilan, dan satu lagi entah buat apaan.
Sejak saat itu, aku mulai nyelipin tas kain di motor. Ringan, bisa dilipat, dan nggak bikin ribet. Atau kalau memang barang yang kubeli bisa kuselipin di tas, maka aku nggak minta plastik ke penjualnya.
Awalnya sih masih suka lupa, tapi makin lama jadi kebiasaan. Nggak cuma lebih ramah lingkungan, belanja pun terasa lebih praktis.
Bonusnya? Aku nggak lagi punya tumpukan plastik di rumah yang bingung mau kuapain.
2. Manfaatkan Sisa Makanan untuk Kompos atau Pakan Tanaman

Dulu, kulit buah dan sisa nasi langsung masuk tong sampah. Padahal ‘kan, sampah makanan yang membusuk di tempat pembuangan akhir bisa menghasilkan gas metana (CH₄).
Gas ini 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida (CO₂) dalam memerangkap panas di atmosfer. Itu artinya makin banyak sisa makanan, makin besar kontribusinya terhadap perubahan iklim.
Terus kebiasaan eco-friendly apa yang bisa kita lakukan untuk ikut andil mengurangi perubahan iklim skala rumahan?
Coba deh kenalan sama dunia kompos! Bikin kompos dari kulit pisang dan sisa sayur. Nggak langsung sukses nggak papa. Aku pun pernah kebanyakan air sampai bau banget. Tapi ternyata, bikin kompos tuh menyenangkan.
Sekarang, aku malah punya pot tanaman kecil di teras yang tumbuh subur pakai kompos. Dan rasanya, lebih puas lihat tanaman hidup dari limbah dapurku sendiri. Beneran deh!
3. Gunakan Ulang Wadah dan Botol
Botol saus kaca, toples bekas kopi, bahkan botol air minum plastik yang bentuknya lucu sudah nggak kubuang lagi. Semuanya kusimpan. Aku pakai lagi buat tempat biji-bijian, sabun isi ulang, atau bumbu dapur.
Ternyata estetik juga, lho! Dapurku sekarang lebih rapi karena banyak wadah seragam, tanpa harus beli toples mahal. Dan yang paling penting, aku nggak lagi nyumbang sampah botol plastik sebanyak dulu deh.
4. Hemat Energi Tanpa Harus Gelap-Gelapan

Pernah suatu bulan, token listrikku habis lebih cepat dari biasanya. Padahal aku nggak nambah alat elektronik baru. Tentu saja, aku bingung meski tangan sambil mengisi ulang token lagi.
Kupikirkan lagi, kenapa hal ini sampai terjadi. Eh ternyata, kebiasaanku yang lupa matiin lampu kamar mandi, lupa cabut charger, dan TV atau kipas angin nyala terus walau nggak ada yang menggunakan tuh semuanya ngumpul jadi angka.
Sejak itu aku mulai sadar, hemat energi tuh bukan berarti hidup gelap-gelapan kayak di hutan. Kita masih bisa memanfaatkan penggunaan listrik secara optimal lho.
Cukup dengan matiin lampu saat siang, cabut steker yang nggak kupakai, dan pakai lampu LED doang bikin pengeluaran untuk listrik menurun. Pada akhirnya, bumi pun senang.
5. Gunakan Air Bekas Secara Bijak
Ibuku di rumah punya kebiasaan unik. Masa ya, air cucian beras dipakai buat siram tanaman. Katanya, tanamannya bisa lebih subur. Atau jadi air minumnya kambing.
Dari situ aku mulai mikir, air cucian sayur pun bisa kumanfaatkan kali ya. Bahkan pas musim hujan, aku tampung air hujan buat nyiram halaman atau cuci motor.
Keliatannya emang sepele, tapi saat kulakukan secara terus-menerus, dampaknya kerasa juga lho. Kita jadi lebih hemat, dan tentu aja, lebih ramah lingkungan.
Nggak Harus Sempurna, yang Penting Mau Mulai
Jadi eco-friendly tuh nggak selalu berarti harus hidup seperti di hutan, bawa tumbler ke mana-mana, atau tanam seribu pohon. Cukup dengan satu kebiasaan kecil di rumah, kamu sudah ikut menyumbang perubahan kok.
Mulai aja dulu! Mana tahu, dari bawa tas belanja sendiri hari ini, kamu jadi lebih peduli sama bumi besok lusa. Bisa deh ikut andil sama perubahan iklim tanpa perlu memaksa bekerja sama dengan Lingkungan Hidup.
Kalau kamu sendiri, kebiasaan eco-friendly apa yang udah kamu mulai di rumah?
Idenya simpel dan sudah kuterapkan dalam keseharian. Semoga makin banyak yang bisa melakukan sehingga berdampak positif bagi bumi, ya
Terima kasih sudah diingatkan, Kak
Sejak di Jakarta diterapkan tidak ada kantong plastik lagi diberikan di minimarket dll…Aku juga selalu bawa tas ulang pakai kemanapun pergi. Simpan di tas atau motor , jadi kapanpun butuh dah tersedia
Kebiasaan eco-friendly seperti ini kelihatan sepele padahal manfaatnya gede…
sekarang saya kalo lihat banyak keresek langsung nyesek deh
karena inget pengorbanan bikin untuk bikin keresek yang cuma dipakai beberapa menit, kemudian jadi beban bumi juga untuk “menghilangkan”nya
saya juga selalu pakai tas ulang, dan kalo belanja di tukang sayur depan rumah, saya selalu bawa wadah sendiri agar gak nyampah keresek lagi
Bener banget. Jika mau turut serta dan konsisten pada sebuah program, kita bisa mulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga. Mendisiplinkan diri sekaligus membuktikan bahwa niat kita benar adanya. Bukan sekedar wacana, bukan sekedar omongan belaka.
Alhamdulillah saya dan keluarga sudah menerapkan hampir semua tindakan di atas, kecuali yang menyangkut tanaman. Karena di rumah saya tidak bercocok tanam. Tangan saya “panas” kata orang-orang hahaha. Nanem apa pun gak pernah hidup dan berlangsung lama.
No 1,2,3,4, udah. Nah, nomor 5 nih yang belum. Kok engga kepikir ya, bisa banget memanfaatkan air cucian beras atau sayur untuk siram tanaman.
Tapi ya musti rajin sih ya… Kalau tanamannya berbunga bagus, kan ikut senang…
Gaya hidup “eco-friendly” atau “go-green” ini meski sulit pada awalnya, karena membutuhkan sebuah pembiasaan yang rutin, namun pada akhirnya, jadi terasa ada yang kurang kalau gak dilakukan.
Akupun sekarang mulai mengumpulkan kulit telur untuk pupuk, kulit buah-buahan bisa masuk ke komposter dan sebenernya cita-cita terbesar bisa bikin produk Eco enzyme.
Kayanya bakalan lebih go green lagi nih..
Iya bener mbak, kayak air cucian beras bisa digunakan untuk menyiram tanaman. Pemanfaatan air bekas seperti itu jadi langkah bagus dalam menjaga kelestarian lingkungan juga